Senin, 23 Februari 2015

Pelantikan PMK FISIP UNTAD, sangat di harapkan konektivitas antar lembaga untuk bersinergis

Terpilih Ketua PMK, Minta Ditegur Bila Berbuat Salah 

http://harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=47344&kid=all

PALU, MERCUSUAR – Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (Untad) telah memilih pemimpin barunya. Itu jatuh kepada sosok Ryan Maariwuth, Sabtu (14/2/2015) di fakultas tersebut. 

Pada pelantikan pengurus PMK periode 2015-2016, sebanyak 20 peserta yang dilantik merasa, penunjukan sebagai pengurus dan terpilihnya Ryan sebagai ketua merupakan suatu amanah Tuhan yang luar biasa. 
Pada sambutan perdananya, Ryan menyampaikan rasa tak percayanya ketika terpilih menjadi seorang pemimpin. 

“Tidak pernah saya terpikir menjadi ketua PMK karena saya sebenarnya hanya ingin menjadi anggota. Tetapi Tuhan berkendak lain, saya harus menjadi seorang dirigen di PMK ini. Saya tahu ini rencana Tuhan,”ujarnya. 

Ryan berharap, lembaga yang dipimpinnya itu mampu bersinergi dengan baik bersama lembaga lainnya. 
“Kita tunjukkan pada fakultas lain, kepada masyarakat kita ini memiliki integritas. Untuk itu saya meminta kepada teman-teman, bila kami lalai tergurlah kami dan marilah kita bekerja sama dalam membangun serta memajukan lembaga yang ada di fakultas kita,”uja Ryan. 

Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Muhammad Marzuki dalam sambutannya menyampaikan, jika pengurus bekerja untuk mewujudkan amanah Tuhan, maka ia yakin Tuhan selalu menyertai apa yang umatnya kerjakan. 

“Dari sekian banyak mahasiswa Kristen yang ada difakultas ini, hanya kalianlah yang diamanahkan menjadi pengurus saat ini, itu artinya bahwa Tuhan benar-benar telah memilih kalian,”ungkapnya. 
Marzuki berpesan kepada ketua terpilih, menjadi seorang pemimpin haruslah siap untuk dijatuhkan karena pemimpin akan selalu diperhatikan 

“Kemudian jangan pernah berfikir bisa memuaskan semua orang. Tapi usahakan sebagian orang mendapat kepuasan dari apa yang kita lakukan. Jangan ragu ketika kita memimpin. Dan jangan lupa untuk selalu meminta petunjuk pada Tuhan,”paparnya.KOM 

PENGURUS PMK FISIP UNTAD






Rabu, 11 Februari 2015

Analisis Kekuatan Politik Indonesia saat ini


Ryan Maariwuth
Ilmu Pemerintahan 12

Analisis Kekuatan Politik Indonesia saat ini
Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan  kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Para pejabat masih saja sibuk mengurusi kursi jabatannya. Lagi – lagi mereka melupakan soal rakyat. Semisal saja soal kasus pembarantasan Korupsi. tapi apa saat ini.???
Kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan. Hal tersebut masih salah satu contoh yang ada. Berbicara kondisi politik di Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Ntah dengan apa pun, tidak melihat rambu rambu yang ada, hal yang terpenting kursi kekuasaan harus di dapat. Namun, kursi kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan yang besar juga baik itu fikiran dan materil. Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk untuk terus berebut kursi kekuasaan. Sebenarnya politik layaknya sebuah pisau. Bila pisau tersebut di gunakan oleh ibu rumah tangga untuk memasak maka pisau akanlah sangat bermanfaat. Maka akan tersedia hidangan yang lezat untuk keluarga. Namun beda cerita bila pisau tersebut di gunakan oleh pembunuh. Maka yang terjadi adalah sebuah kesedihan dan kesengsaraan yang terjadi. Begitu pula dengan politik, ia akan bisa menjadi sebuah alat untuk mencapai sebuah kebahagiaan atau malah menjadi sebuah kesengsaraan.
Dewasa ini, para politikus yang ada justru tidak mampu memberikan sebuah kesejukan di tengah gerahnya suasana politik yang ada. Para politikus ini nampaknya masih terlalu sibuk. Padahal rakyat Indonesia di luar sana menjadi korban mereka. Kita semua bisa melihat gejala mati rasa penyelenggara negara dalam pemberantasan korupsi. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan masih mengharu biru Indonesia (jumlah orang miskin di Indonesia per Maret 2010 berdasar BPS sebanyak 31,02 juta orang–relatif tak banyak berubah jika dibandingkan dengan data per Februari 2005, yakni sebesar 35,10 juta orang). Publik juga bisa melihat bagaimana penyikapan kasus Lapindo, terjadinya ‘kriminalisasi’ terhadap dua pemimpin KPK, penanganan kasus Bank Century yang belum jelas bagaimana akhirnya, serta kuatnya nuansa tebang pilih terhadap penanganan kasus korupsi. Kesemuanya itu adalah contoh-contoh lain yang harus diakui kian mengiris rasa keadilan. Kendati dibalut pernyataan-pernyataan yang apik dan santun, toh penyikapan dari penyelenggara negara terhadap kasus-kasus tersebut tetap saja dinilai jauh dari komitmen untuk mewujudkan aspirasi dan kehendak rakyat. Selain contoh contoh yang ada di atas, masih banyak kita lihat masalah soal kemiskinan, putus sekolah dan kelaparan. Namun sepertinya para pejabat ini masih belum tersentuh untuk menuju ke situ akhirnya masih berkutat dengan masalah kekuasaan. Sebenarnya politik tidak hanya di kekuasaan saja. Namun ekonomi pun sudah di politikkan. Sebenarnya politik itu merupakan bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang sekelompok lain agar mengikuti gagasan yang kita fikirkan. Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Jika hal ini terus di biarkan, maka seperti bom yang terus di pendam. Maka suatu saat akan meletus juga. Jika kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidakl mustahil jika rakyat tidak akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan para rakyat inilah yang sangat berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya masyarakat akan cenderung apatis terhadap kondisi sebuah negara. Karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di suatu negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi peperangan. Akibatnya masyarakat yang menjadi korban seperti negara negara di timur tengah.
Kesimpulan : Rakyat Indonesia belum merasakan kinerja yang baik dari pemerintah Indonesia, malahan membuat mereka memandang buruk terhadap politik itu sendiri. Selain itu, para generasi muda Indonesia haruslah diperkenalkan dengan politik yang sebenarnya, agar dikemudian hari mereka dapat menjadi generasi baru yang lebih bertanggung jawab. Sehingga kondisi bangsa ini tidak terus terpuruk akibat politik tidak bertanggungjawab para pejabat sekarang. Sedah seharusnya kita membanahi bangsa ini. Karena bila kondisi seperti ini terus di budayakan, maka bukanlah hal yang mustahil jika suatu saat nanti nama Indonesia hanya tinggal sejarah.