Aku
dan Mimpiku
Jauh aku
melangkah dari awalnya sebuah celaan orang yang di kagumi, Aku pun telah
berfikir siapakah diriku ini dan kemana harus ku pergi.?
Mengingat kata sang proklamator
bahwa :
Merdeka
hanyalah sebuah jembatan, Walaupun jembatan emas, di seberang jembatan itu
jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap
sama tangis.
Ketipan itu sangat filosofis saat kita memangdang hari esok
untuk bermimpi, Mengakui kelemahanku bahwa vinansial adalah kekuranganku, bangkit
untuk berusaha menjadi merah dalam
batinku, mengepalkan tangan haruslahku bangkit untuk melawan kemalalasan dan
celaan orang-orang yang bernafsu memandang remeh sesama.
Lepas landas jangkar mimpiku untuk memikul beratnya kehidupan
adalah awalnya ku bernazar bahwa suatu saat nanti seandanya ku bisa menggenggam
beratnya cobaan, merangkul banyaknya godaan dan memikul banyak celaan. Maka
indah rasanya ketika ku bisa melewati semua itu.
Tuhan telah membisikan janji-Nya untukku : Hai umatku, Allah
dapat memberikan limpahan berkat ditengah ancaman badai kemalangan. Janji Tuhan
indah pada waktunya saat kita berusahan dan meminta kepada-Nya lewat Do’a. hari
demi hari telah ku lewati akirnya dapat mendefenisikan harta terbesar adalah
ilmu dan pengetahuan yang berpusa dari Sang Penguasa khalik langit dan Bumi.
Peluang sama
halnya air tenang berarus deras, yakin usaha pasti akan sampai adalah
konseptualisasi orang yang berusaha dan selalu menjadi handal utama ketika
detik-detik melewati titik kegagalan. Hari ini ku alami indahnya mimpi kan ku
raih bersama ilmu dan pengetahuan khas dalam usaha dan Doa.
(Nofrian
Maariwuth)
17-07-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar