Kamis, 24 April 2014

Relawan PMK FISIP Universitas Tadulako Palu


RELAWAN PMK-FISIP UNIVERISTAS TADULAKO
oleh : Nofrian Maariwuth
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2012

Sejarah perjuangan pergerakan nasional dimulai sebagai babakan baru dengan lahirnya gerakan “BOEDI OETOMO” pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA Jakarta. BOEDI OETOMO merupakan wadah pergerakan kebangsaan yang kemudian menentukan perjuangan nasional selanjutnya. Dengan lahirnya gerakan ini, maka terdapat cara dan kesadaran baru dalam kerangka perjuangan bangsa menghadapi kolonial Belanda dengan membentuk organisasi berwawasan nasional. Organisasi ini merupakan salah satu upaya nyata untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dan selanjutnya terbentuklah berbagai organisasi perjuangan yang lain, seperti Syarikat Dagang Islam, Indische Partij dan lain sebagainya.
Sudah 69 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah merasakan Kemerdekaan dari Penjajah yang begitu lama, tetapi sampai saat ini kemerdekaan tersebut hanyalah konsep belaka, alasanya saat ini begitu banyak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dimana sebagai sasaran utama yang merasakan dampak utama adalah Rakyat itu sendiri, contohnya, begitu banyak masyarakat yang miskin, begitu banyak warga negara yang tidak mendapatkan kehidupan yang layak karna adanya diskriminasi, bgitu banyak anak-anak Negara di Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan, dll.

Fakta di balik Relawan PMK-FISIP UNTAD
Kata relawan sudah tidak asing lagi bagi para pemerhati dan peduli sesama dalam kehidupan. Sekarang banyak Organisasi Internal Mahasiswa yang terpanggil untuk meringankan beban saudara kita yang jauh jangkauan dari pemerintah Kabupaten, Pemerintah Provinsi bahkan Pemerintah Pusat. Di sinilah fungsi mahasiswa : yang pertama mahasiswa sebagai “Iron Stock”, yang kedua mahasiswa sebagai “Agent Of Change”, yang ketiga mahasiswa sebagai “Guardian of Value”, yang keempat mahasiswa sebagai “Moral Force”, dan yang kelima atau yang terakhir mahasiswa sebagai “Social Control”.

Tanggung Jawab Sosial
Ketika mengingat kawan-kawan kita yang kena Semburan awan panas Gunung Sinabung Sabtu (1/2), menewaskan 14 orang. Tujuh diantara korban tewas adalah relawan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), yang tewas adalah pengurus GMKI cabang Kutacane, Nangroe Aceh Darusalam (NAD) ketujuhnya adalah Fitri Napitupulu (ketua), Marudut Sihite (sekretaris), Santun Siregar, Julfandi Siregar, Daniel, Simson, dan Mahal Surbakti.
27 Februari 2014 relawan PMK-FISIP telah membuat suatu program Kerja (Proker) yaitu Desa Binaan yang bertempat di desa Bakubakulu dusun singio kecamatan Palolo kabupaten sigi, dengan semangat dan kerja sama dari panitia pelaksana sampai pengurus dan Almuni PMK-FISIP UNTAD menjadi motivasi yang utama dalam pelaksanaan program jangka panjang di bidang pendidikan di desa tersebut.
Perjuangan yang menguras tenaga dan pikiran bukanlah menjadi alasan kami sebagai relawan, tapi itu menjadi Doa bagi saudara yang sangat membutuhkan bantuan.
melewati gunung dengan jalan kaki 3-4 jam untuk sampai di desa binaan kami itu sangatlah membawa kesan yang tidak perna di lupakan, lelah dan suar keringat terobati saat mendengar keluhan dari warga desa bakubakulu dusun singio tersebut.
ketika panggilan kami sebagai generasi penerus bangsa timbul pertanyaan, kalau bukan kita, siapa lagi..?????dan kalau bukan skrang kapan lagi..?????  ketika kesadaran social tidak itu ada maka secara langsung kita adalah salah satu pemimpin yang berorientasi pembangun daerah tersebut terlebih Negara Republik Indonesia.
program jangka panjang ini di khususkan di bidang pendidikan karnanya di desa bakubakulu dusun singio tersebut ada 19 KK dan ada sekita 24 orang anak yang tidak tau membaca (buta huruf), maka tim survei relawan PMK-FISIP UNTAD langsung membuat agenda- agenda selanjutnya dalam konteks program jangka panjang di desa tersebut. Bagi kami Relawan PMK-FISIP UNTAD yang mempunyai nurani dan di kembalikan kepada pribadi kami bahwa bagaimana mereka yang tidak tau membaca itu adalah kita sendiri apa jadinya, maka terketuklah kita sebagai generasi mudah untuk membantu saudara-saudara kita tersebut. Dan tentu saja tangguang jawab social bukanlah hanya di peruntuhkan kepada pemerintah dan bagi yang memunyai kekuasaan dan wewenang, tapi itu merupakan tanggung jawab kita semua sebagai warga Negara yang mempunyai nurani dan mengamalkan pancasila sebagai idiologi/filsafak bangsa Negara Republik Indonesia yang menganut system pemerintahan konstitusional dan kita sebagai makhluk social yang memiliki hati kebersamaan.

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar