Rabu, 29 Oktober 2014


Mengedintifikasi konflik din Kelurahan Nunu

M.K Metode Pengambilan Keputusan Pemecahan Masalah










Disusun oleh :
1. Nofrian Maariwuth      ( B 401 12 121)
          2. Stefano Adilang            ( B 401 12 007)
          3. Jumriana                        ( b 401 12 015)
          4. Lia Andani                      (B 401 12 031)
         

 

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2014


Prakata

Dengan Memanjatkan Rasa Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas Ridho, Tuntunan-Nya serta penyertaaNya kelompok kami telah menyelesaikan Makalah mengedintifikasi Konflik di Kelurahan Nunu dan Tawanjuka ini dengan baik dengan. kurun waktu 1 hari yang berlanskan teori, analisi dan fakta di lapangan yang di bantu oleh media cetak, media elektronik dan media masa dalam penyelesain makalah kami ini  dalam melihat dinamika paska pilpres. Kiranya dalam pemaparan makalah ini mendaptkan hasil dan kesimpulan yang subtansif dari hasil pembelajan kamu kelompok satu untuk kebaikan kita semua. Ketika ada salah dalam penulisan kata-kata dalam makalah ini, kami sangat memohon maaf dan demi perbaikan kami meminta masukan dan saran kepada pihak yang terkait dalam diskusi ini.

Ttd

Tim Kelompok
















DAFTAR ISI . . . . . . .
1.      BAB 1 PENDAHULUAN . . . . . . . .            . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .         1
a.       Latar belakang masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           2
b.      Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .           2
c.       Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . .         2

2.         BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .        3
a.       Sejarah Mulanya Konflik Nunu dan Tawanjuka. . . . . . . . . .. . . . .          3
b.      Perkembangan Konflik Nunu dan Tawanjuka . . . . . . . . . . . . . . .            4
c.       Perspektif dan tanggapan Warga Nunu tekait konflik yang terjadi anatara Nunu dan Tawanjuka . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . .                        5
                                                                                    
3.      BAB III PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .             9
a.       Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .              9
b.      Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .               9
c.       Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .             10
4.      Sumber Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .             11




BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Kata Pengantar
Dengan di terbitka Makalah mengedintifikasi Konflik di Kelurahan Nunu dan Tawanjuka yang di susun oleh Kelompok kami : Nofrian Maariwuth, Stefano Adilang, Lia Andani, Jumriana.kami kelompok satu sangat berharap bahwa hasil diskusi makalah kami bisa bermanfaat bagi kita semua dan bisa melengkapi diskusi kita pada kelompok-kelompok lain.
            Makalah kami ini di lengkpai dengan beberapa teori yang kami ambi, hasil analaisis diskusi kami dan informasi di media masa, elktronik dan cetak. Dengan perpaduan dan kombinasi hasil diskusi kami kelompok satu, kiranya mendapat memaparan yang baik dan mendapat kesimpulan yang berguna bagi kita semua.
            Akirnya, kami kelompok satu mengucapkan selamat membaca dan kami sangat menerima masukan, saran dan masukan bagi kita sekalian terkait hasil makalah kami ini.

Ttd.

Kelompok 1













B.     Latar Belakang Masalah
Demokrasi di Indonesia sudah berlangsung 14 tahun sejak tahun 2000an. Hingga tahun 2014 ini, demokrasi di Indonesia telah melewati berbagai proses yang penuh dengan dinamika kehidupan demokrasi. Dalam periode 14 tahun ke belakang telah banyak perubahan yang dialami Indonesia dalam menjalankan proses demokratisasi ini, diantaranya adalah Amandemen UUD 1945, kebebasan pers, kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Selain itu sekarang ini juga terdapat banyak partai politik sebagai wadah untuk menyalurkan informasi dari pemerintah menuju masyarakat begitu pula sebaliknya, dari masyarakat menuju pemerintah.
Adalah sebuah culture dalam dimensi kehidupan dalam bermasyarakat tentang dinamika social untuk mencapai suatu orientasi dalam lingkungan masalah social, salah satu persoalan yang saat ini di bumi Pertiwi masalah Konflik antar sosial bermasyarakat terkait kehidupan lingkup Desa.
Namun, sekarang ini banyak masyarakat yang enggan memilih atau lebih tepatnya adalah diam dalam persoalan dinamika dalam desa. Salah satu faktornya adalah sekarang ini terlalu banyak masyarakat hanya melihat satu objek kejadian yang justru membuat masyarakat bingung karena hanya menyatakan bahwa hubungan sosial itu tidak problema, tidak merealisasikan visi misi yang diutarakan terhadap masyarakat. Masyarakat sekarang lebih banyak mencari untuk kepentingan pribadi Masyarakat  itu sendiri.

C.     Tujuan
Tujuan makalah ini adalah bagaimana Mahasiswa itu bisa mengetahaui persoalan, dinamika dan solusi dalam perkembangan serta mengedentifikasi konflik di Nunu.

D.    Rumusan Masalah
Membahas masalah di konflik di Nunu.





BAB II
PEMBAHASAN

a.      Sejarah Mulanya Konflik Nunu dan Tawanjuka
Sudah hampir 22 bulan konflik horizontal antara dua kelurahan di kota Palu ini terjadi,kelurahan Nunu dan Tawanjuka adalah dua kelurahan yang bertetangga, hanya di batasi sungai Palu,terletak di kecamatan Palu barat,kalau diurut sililah warga di dua kelurahan itu masih bersaudara, tetapi anehnya bisa terjadi konflik yang menimbulkan kerugian material bahkan nyawa di kedua belah pihak.  Berbagai upaya yang bersifat persuasif dari pemerintah kota untuk mendamaikan konflik telah dilaksanakan, mulai pertemuan di forum, khitanan massal, pertandingan olah raga, bahkan pertemuan di Malino (daerah sulawesi selatan), sudah dilaksanakan,tapi selalu berujung dengan kebuntuan.
Menurut informasi yang saya kumpulkan, konflik berlarut-larut ini telah terjadi bertahun-tahun,bahkan saya pernah bertanya kepada beberapa warga Nunu di rumah warga Nunu, beberapa Orang itu mengatakan konflik tersebut terjadi sejak beliau masih zaman baru berkembang Kota Palu Yatu Tahun 1992 atau 22 tahun lalu. 
Konflik tersebut bukan dipicu karena masalah ekonomi maupun budaya,karena selain bersaudara kedua kelurahan tersebut masih sama-sama beretnis Kaili dialek ‘ledo’, sekedar informasi penduduk asli di Sulawesi Tengah, khusus nya kota Palu, kabupaten Donggala, kabupaten Parimo,dan sepanjang pesisir kabupaten Poso, beretnis Kaili,tetapi terbagi ke dalam beberapa sub suku,seperti Ledo,Tara,Unde,Rai,Dui,Da’a bere’e. Yang arti kesemuanya berarti ‘TIDAK’,  tidak ada perbedaan mencolok dari budaya, bahkan bahasa juga yang berbeda sedikit saja, nyatanya teman saya yang beretnis Kaili Rai bisa berkomunikasi dengan orang dari etnis Tara. Uniknya dari tempat satu dengan tempat lainnya yang hanya bejarak 2 kilometeran terkadang beda sub etnis, seperti kelurahan Talise dan Mamboro misalnya.
Kelompok Kami berfikir mungkin pengkotakan dengan adanya sub-etnis tersebut hanya akal-akalan pemerintah kolonial Belanda,warisan zaman dulu, supaya rakyat di Palu tidak besatu, seperti yang pernah kita pelajari di sekolah, politik Belanda dalam melumpuhkan perjuangan rakyat pribumi adalah politik devide et impera.
konflik Nunu vs Tavanjuka, pemicunya itu hanya dari hal-hal sepele seperti kebut-kebutan di jalan, tersinggung salah satu pihak dan terjadilah konflik.
Dampaknya pun sangatlah terasa,perputaran ekonomi terasa agak lumpuh,apalagi kelurahan Nunu sabagai pusat pertanian sayur mayur,industri makanan kecil seperti tahu,kerupuk dll.

b.      Perkembangan Konflik Nunu dan Tawanjuka
5 April 2012, sekitar pukul 15.30 Waktu Indonesia Tengah bentrokan kembali terjadi. Ratusan warga dari dua kelurahan baku serang dengan pelbagai macam senjata. Panah, parang, tombak, senjata api rakitan dan senapan angin ditenteng oleh kedua belah pihak. Moncongnya masih terus panas. Sebanyak 11 rumah warga di Kelurahan Boyaoge dan Kelurahan Nunu, Kecamatan Palu Barat dirusak dan dibakar. Amuk masih menyala. Ratusan aparat gabungan dari pelbagai kesatuan, termasuk satuan tempur Brigade Mobil terjun ke lokasi membubarkan warga, menghentikan bentrokan. Satuan tempur TNI Angkatan Darat dari Batalyon Infanteri 711 Raksatama Palu juga terlibat. Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Dewa Parsana, Kepala Kepolisian Resor Palu AKBP Ahmad Ramadhan, Komandan Kodim 1306 Donggala Letnal Kolonel (CZI) Rudi Wahjudiono terjun langsung di lapangan memegang komando. Namun bentrokan terus menyala juga.
Kamis (5/4/2012) sekira pukul 10.30 Waktu Indonesia Tengah tadi juga, jenazah Ruflan, warga Tavanjuka, yang menjadi korban bentrokan pada Rabu (4/4/2012) sehari sebelumnya telah dimakamkan. Pada Rabu itu, sebanyak enam rumah dan dua unit sepeda motor dibakar.
Tindakan represif dari aparat sudah dilakukan. Salakan tembakan peringatan, lontaran gas air mata sudah dilepaskan. Tapi warga masih penuh amarah.
Dari catatan yang ada diketahui konflik antarwarga ini sudah berlangsung sejak 1968. Namun tidak diketahui pasti apa pemicunya. Pada tahun-tahun 1990-an bentrokan juga memakan korban jiwa.  Pada Minggu (16/12/2007) tercatat lima rumah dan enam sepeda motor dibakar. Puluhan warga luka-luka, mulai dari luka ringan hingga luka berat. Mereka terkena panah, senjata api rakitan dan senapan angin.
Tiga tahun setelahnya, pada Jumat (23/12/2011) dinihari bentrokan antarwarga dua kelurahan itu kembali terjadi. Sebanyak enam warga dan seorang Polisi terluka. Ada pula warga yang kritis. Lalu pada Sabtu (7/1/2012) bentrokan kembali pecah. Satu warga tewas dan belasan lainnya terluka. Dua rumah warga dan dua unit sepeda motor juga terbakar. Amarah masih terus menyala setelah itu.
sabtu (14/1/2012) ratusan senjata yang dipakai oleh kedua kelompok warga diserahkan kepada aparat keamanan. Bentrokan sudah usai? Belum ternyata. Amarah masih terus menyala.  Upaya-upaya perdamaian terus dilakukan. Difasilitasi Pemerintah Kota Palu dan sejumlah lembaga nonpemerintah juga kalangan kampus Universitas Tadulako, tapi ternyata amarah masih menyala. Wakil Walikota Palu H Rusdi Mastura patah arang. Ia marah. Warga sama sekali tidak menghargainya, sementara biasanya warga dari dua kelurahan ini kerap bertemu dirinya mengadukan banyak masalah mereka, termasuk bagaimana menyelesaikan konflik di antara mereka. Namun, justru mereka sendirilah yang selalu bertikai. Menurut Walikota yang populis itu, jika masalahnya adalah ketiadaan lapangan kerja, maka semuanya telah diantisipasi. Dalam waktu tidak terlalu lama, beberapa proyek padat karya akan diarahkan ke wilayah konflik ini. Tentu saja akan melibatkan tenaga kerja setempat.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Dewa Parsana punya cara lain. Ia menyarakan dibangunnya Forum Keamanan Desa atau Badan Keamanan Desa. Sebuah sistim keamanan lingkungan yang diperbarui dengan melibatkan Polisi, masyarakat, Satuan Polisi Pamong Praja dan pihak-pihak lain di suatu wilayah. Parsana berharap ini akan menjadi cikal bakal terciptanya keamanan dan ketertiban wilayah.
Pengusaha kesohor di Palu, Sulawesi Tengah, anggota Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Hasyim Hadado lalu menyahutinya dengan membangun sebuah pos sistim keamanan lingkungan yang diberinya nama Anuta, akronim dari Anak Nunu-Tavanjuka. Sejatinya, semua upaya sudah dilakukan, namun bentrok demi bentrok masih saja terjadi. Semua pihak mesti duduk lagi satu meja dengan kepala dan hati dingin agar konflik ini tidak terwariskan.




c.       Perspektif dan tanggapan Warga Nunu tekait konflik yang terjadi anatara Nunu dan Tawanjuka.
·        Salah seorang pemuda Kelurahan Nunu
Selama tinggal di kelurahan nunu sekitar 20 tahun dan sampai saat inikonflik masi terjadi walaupun hanya indikasi. Tetapi tahun 2014 terakir ini belum ada konflik yang menimbulkan korban dan untuk tahun 2014 hanyalah bentuk indikasi semata yang hanya menyalakan dum-dum. Sebenarnya kejadi atau konflik anatara Nunu dan Tawanjukan ini adalah dendam lama yang terjadi di kedua kelurahan bertetangga yang hanya di batasi oleh sungai ini.
Upaya Pemerintah saat ini seperti tindak lanjut dari Wali Kota untuk menyelesaikan masalah ini adalah Sosialisasi terhadapa warga kedua kelurahan ini dan khususnya sosialisasi untuk pemuda/I serta Remaja di kedua Kelurahan ini.

·        Salah Orang Tua warga Nunu
Sebenarnya ii persoalan balas dendam dari tahun 1992 yang persoalanya tidak di tau pasti yang hanya di ketahui adalah kenakalan Remaja, samapai saat ini sudah beberapa hal yang di telah dilakukan pemerintah kota yang di lakukan pertemuan di Malino yang sudah menandatangani surat perjanjian perdamaian, sosialisasi dan pengangkatan pegawai di kedua kelurahan yang terjadi konfik ini.

·        Salah 1 (satu) Rw di Kelurahan Nunu
Konflik Nunu dan Tawanjuka ini berawal pada tahun 1992, yang sebenarnya tidak ada masalah yang menonjol apakah ini masalah ekonomi, adat atapun batas desa. Tapi persoalan ini berawal dari kenakalan remaja di kedua kelurahan ini.
Konflik ini sudah beberapa kali di lakukan oleh kedua masyarakat kelurahan  ini yakni kelurahan Nunu dan Tawanjuka, tetapi selama konflik berlaku hanayalah pada tahun 2013 tejadi pertumpahan darah, rumah di bakar bahwan ada korban yang meninggal dunia. Sebelumnya juga pada tahun 1998 ada korban yang meninggal karna konflik kedua kelurahan ini. Upaya pemerintah kota palu sudah banyak, bahkan dari aparat juga sudah melakukan tindakan. Dan saat ini ada program pemerintah kelurahan melakukan penjagaan dan ketika ada pelaku yang di tangkap maka kan di berikan hukuman sesuai apa yang sudah di sosialisasikan dan langsung di berikan atau berkelanjutan kepada pihak yang berwajib.






























BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Untuk menyelesaikan persoalan terkait konflik antara Kelurahan Nunu dan Kelurahan Tawanjuka itu harus mempunyai pandangan atau perhatian khuss dari pemerintah setempat, baik pemerintah kelurahan, kecamatan, kota, provinsi bahkan Pemerintah Pusat. peran dan fungsi Pemerintah ini harus ada keseriusan harus dijalankan. Fungsi dari pemerintah harus menjalankan peran tersebut dengan semestinya. Tidak menyalahi aturan yang mengakibatkan kerugian pada masyarakat. pemerintah harus bisa menjadi tempat untuk menyalurkan informasi dari pemerintah menuju masyarakat maupun sebaliknya, masyarakat menuju pemerintah. Dengan demikian, maka akan tercipta suasana keharmonisan dan kedamaian serta kesejahteraan yang baik di Indonesia.

b.      Saran
Kita dilahirkan di Bumi yang di dalamnya ada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mana menganut asas-asas Pancasila. Kritik, saran dan masukan yang membangun dari Dosen dan kawan-kawan mahasiswa adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kami kelompok kami. Maka dari itu ketika di temukan kekurangan dari kami kelompok 1 (satu) maka kami meminta maaf sebesar-besarnya dan semoga dari pemeparan hasil diskusi kami ini sangat bermanfaat bagi kita semua. Amin











c.       Daftar Pustaka

2.      Handoko Hani T.Manajemen edisi 2.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta.1986

·        Sumber Lain
Wawancara langsung dengan Warga.



















Description: E:\fotto\penelitian\DSC_0350.JPGDokumentasi :







Foto Bersama dengan Ketua RW 1
Description: E:\fotto\penelitian\DSC_0342.JPG
 







diskusi dengan Ketua RW 1
Description: E:\fotto\penelitian\DSC_0322.JPG
 







Diskusi dengan Orang salah seorang Warga Nunu

Minggu, 12 Oktober 2014


Nofrian Maariwuth
b 401 12 121


Esay : Sosial dan Budaya
Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Tadulako

 SOSIAL DAN BUDAYA
a.      Kata Pengantar
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah Negara Demokrasi terbesar nomor urut ke tiga setelah USA dan India,  berbagai paradigma kehidupan, dinamika kehidupan dan berbagai persoalan yang  terjadi Negara bumi Pertiwi ini. adalah reformasi dalam konteks Demokrasi transaksional Musyawara Mufakat ke Demokrasi Liberal saat ini merupakan pengaruh dalam mengembangkan sebuah keunikan serta potensi yang terkandung dalam budaya itu sendiri.
Dalam perkembagangan dan kemajuan suatu budaya atau kebiasaan lokal menjadi mekanisme dalam kemajuan suatu Negara di Republik ini, baik interaksi masyarakat dengan Masyarakat, masyarakat dengan birokrasi bahkan berbicara leluasnya adalah Negara antar negara.
masalah sosial muncul akibat terjadi dua perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
b.      Pembahasan
Setiap anggota masyarakat pasti mengalami proses sosial, di antaranya adalah interaksi sosial dan sosialisasi. Dengan begitu secara cepat maupun lambat akan merubah pola pemikiran mereka dan tingkat pengetahuan yang akan lebih mempercepat proses perubahan. Di samping itu, perubahan penduduk yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah mengakibatkan kadar keramahtamahan akan menurun, kelompok sekunder akan bertambah banyak jumlahnya, struktur kelembagaan menjadi lebih rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia. atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010.  Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di pulau Jawa, akan tetapi jutaan jiwa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara,  bahkan bermigrasi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan Suriname. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Banyak suku-suku terpencil, terutama di Kalimantan dan Papua, memiliki populasi kecil yang hanya beranggotakan ratusan orang. Sebagian besar bahasa daerah masuk dalam golongan rumpun bahasa Austronesia, meskipun demikian sejumlah besar suku di Papua tergolong dalam rumpun bahasa Papua atau Melanesia[1].
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas akibat perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling mempengaruhi, sebagai contoh sebagian pihak berpendapat orang Cirebon adalah suku tersendiri dengan dialek yang khusus pula, sedangkan sementara pihak lainnya berpendapat bahwa mereka hanyalah subetnik dari suku Jawa secara keseluruhan. Demikian pula suku Baduy dan suku Banten yang sementara pihak menganggap mereka sebagai bagian dari keseluruhan suku Sunda. Contoh lain percampuran suku bangsa adalah Ssuku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku bangsa pendatang baik dari Nusantara maupun Tionghoa dan Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era colonial.
Pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya, ekonomi, politik dan geografi. Alasannya sebenarnya sederhana, karena setiap kebijakan dan fenomena yang terjadi akan berpengaruh terhadap kehidupan kita, salah satunya pendidikan. Kita bisa melihat bagaimana krisis ekonomi pada tahun 1998 berimbas kepada sektor kehidupan kita, baik dari sisi kehidupan maupun kualitas kehidupan kita.   
Dari sisi politik, politik dan partai politik sangat berperan dalam segala sektor publik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Karim Suryadi [2](2010) dalam orasi ilmiahnya “inovasi nilai dan fungsi komunikasi partai politik bagi penguatan civil literacy”. Beliau menegaskan bahwa betapa pun masih banyak masalah melilit kehidupan partai, namun sulit menggantikan partai dalam sistem politik modern. Kita bisa melihat keputusan apapun akan berorientasi kepada politik, termasuk dalam bidang pendidikan. Kebijakan kurikulum baru yang terus berganti dan bertranformasi ke dalam bentuk dan nama baru terus bermunculan.
Yang terbaru adalah kurikulum 2013. Masalah yang muncul dalam implementasinya adalah tatkala sebahagian guru belum sempat memahami dengan benar kurikulum lama, kurikulum baru sudah diperkenalkan (jarjani Usman, Serambi Indonesia 18/12/12)[3]. Sehingga kita sering mendengar pameo yang menyebutkan “ganti menteri, ganti kurikulum”. Proses “kejar-mengejar” target sering terjadi dalam sistem pendidikan kita yang dipengaruhi oleh sistem perpolitikan di Indonesia. Dari segi ekonomi, meskipun sudah diatur dalam undang-undang tentang kesamaan hak bagi setiap warga negara, namun tidak setiap warga negara dapat memperoleh derajat pendidikan yang sama pada dewasa ini. Hanya orang-orang yang “berada” yang dapat mengenyam pendidikan yang layak dan sesuai yang peserta didik kehendaki. Akibatnya timbullah kesenjangan antara satu kalangan dengan kalangan yang lain.
Hal ini juga terpengaruh dari tatanan sosial budaya yang ada di negara kita. Orang yang kaya dengan miskin, golongan buruh dengan pejabat, dan lain sebagainya akan memperoleh taraf pendidikan yang berbeda. Hal ini juga merupakan permasalahan klasik pada bidang pendidikan kita hari ini. Selanjutnya, setiap insan akan memperoleh pendidikan yang berbeda baik dari segi kualitas maupun kuantitas pendidikan. Orang yang berda di daerah terpencil tentu akan memiliki tingkat intelektualitas berbeda dengan mereka yang berada di perkotaan. Juga dari segi letak daerahnya, pesisir atau pegunungan, hingga pada level tatanan lingkungan di sekitar peserta didik itu berada. Apakah mendukung untuk belajar atau malah sebaliknya. Sehingga harus diupayakan pendidikan yang tidak diskriminatif dan tidak monolitik (Arifin, 2012)[4].
Menurut Soerjono Soekanto[5] masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1.      Faktor ekonomi : kemiskinan dan pengangguran.
2.      Faktor Budaya : Perceraian dan kenakalan Remaja
3.      Faktor Biologis : penyakit menulat dan keracunan makanan.
4.      Faktor Psikologis  : Penyakit syaraf dan aliran sesar
            Akhir akhir ini di Indonesia sering terjadi berbagai masalah,terutama masalah sosial budaya yang disebabkan oleh berbagai macam factor. Masalah sosial budaya yang saya jadikan topic adalah masalah sosial budaya yang disebabkan oleh munculnya berbagai aliran agama yang menyimpang dari ajaran agama yang sebenarnya.
Di Indonesia kita mengenal ada 5 ajaran agama dan diatur didalam undang undang. Tapi belakangan ini muncul aliran agama yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya dan mengatasnamakan sabagai utusan TUHAN. Misalnya aliran Ahmadiyah di bogor, aliran Mahdi di sulawesi tengah. Selain itu aliran sesat berkedok agama juga dialami umat kristiani. Hali itu terlihat dari beredarnya video kekerasan yang dilakukan pemimpin ibadah di Manado,Sulawesi utara beberapa waktu lalu,tepatnya pada bulan September. Dalam video tersebut terlihat jelas bahwa pemimpin ibadah tersebut memukuli umatnya yang sedang mengikuti ibadah. Untuk mencegah terjadinya penyebaran berbagai masalah sosianl budaya yang disebabkan oleh munculnya berbagai aliran sesat, maka kita hendaknya menjaga hubungan baik dengan para penduduk Indonesia dan saling menghormati antar pemeluk agama yang lainnya serta tidak terpengaruh pada aliran sesat yang beredar.
Merupakan sebuah dambaan dalam masyarakat apabila tercipta keseimbangan atau harmoni.  Dengan keseimbangan dalam masyarakat, maka dapat tergambarkan suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok dari masyarakat benar-benar berfungsi dan saling mengisi.  Sehingga, setiap individu secara psikologis merasakan akan adanya suatu ketentraman dikarenakan tidak adanya suatu konflik atau pertentangan dalam nilai-nilai dan norma-norma. 
Apabila terjadi  suatu gangguan terhadap keadaan keseimbangan tersebut, maka masyarakat dapat menolaknya atau merubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud untuk menerima suatu unsur yang baru.  Akan tetapi, terkadang unsur baru tersebut dipaksakan masuknya oleh suatu kekuatan.  Masyarakat dapat senantiasa membuka diri terhadap unsur baru yang pengaruhnya tetap ada, namun tidak menimbulkan kegoncangan, dan sifatnya dangkal serta hanya terbatas pada bentuk luarnya.  Selain itu, norma dan nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur baru dan lama bertentangan, dan secara bersamaan mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga-warga masyarakat.  Hal itu berarti suatu gangguan yang kontinue terhadap keseimbangan masyarakat.  Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekecewaan di antara para warga masyarakat, tidak tersalurkan ke arah suatu pemecahan atau penyelesaian.  Apabila ketidak-seimbangan tersebut terdapat dipulihkan kembali, setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut  dinamakan suatu penyesuaian (adjustment), bila sebaliknya yang terjadi, maka keadaan tersebut dinamakan ketidak penyesuaian sosial (maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat terjadi antara penyesuaian dari lembaga-lembaga kemasyarakatan dan penyesuaian orang perorangan dalam masyarakat tersebut.  Yang pertama menunjuk pada suatu keadaan, dimana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial budaya, sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha orang perorangan untuk menyesuaikan diri dengan lembaga kemasyarakatan yeng telah diubah atau diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. (Soerjono Soekanto, 1982: 333)[6]
Permasalahan sosial budaya di Indonesia sekarang ini banyak hubungannya dengan teknologi komunikasi. Teknologi yang kian canggih sangat membantu manusia dalam memenuhi kepuasannya. Namun jika salah dalam penggunaannya, teknologi bisa jadi ancaman bagi manusia (dalam hal ini masalah bersosialisasi).
Teknologi yang paling berpengaruh dalam hal bersosialisasi adalah Handphone dan Internet. Teknologi tersebut memungkinkan kita untuk bersosialisasi  dengan individu lainnya dari jarak jauh.  Terutama yang sedang marak sekarang ini adalah layanan jejaring sosial (social network).Facebook, twitter, Blackberry Mesenger adalah sebagian dari layanan social network yang menjadi trend di Indonesia. 
Memang dengan adanya layanan tersebut terkadang bersosialisasi menjadi mudah, membuat yang jauh menjadi dekat tetapi juga terkadang membuat yang dekat menjadi jauh. Waktu pun tersita banyak dengan beraktifitas menggunakan social networ tersebut, akhirnya interaksi dengan lingkungan sekitar berkurang dan lama kelamaan menjadi asosial dengan lingkungan dekatnya sendiri. Permasalahan sosial seperti ini kadang dispelekan oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya berpengaruh besar bagi nilai budaya Indonesia.
Permasalah sosial lainnya adalah sikap dan respon masyarakat Indonesia di situs jejaring sosial. Karena dalam jejaring sosial kita berkomunikasi secara tidak langsung, jadi sulit menerka maksud dan tujuan dari tulisan seseorang dalam jejaring sosial. Sering terjadi kesalahpahaman yang nantinya akan bercabang dengan masalah yang lain. Celah itu pun banyak dilakukan untuk modus kejahatan seperti penipuan dll. Itu lah beberapa masalah sosial yang terjadi di Indonesia karena teknologi  komunikasi yang salah dalam penggunaannya.

c.       Kesimpulan
Pada perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang memicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Masyarakat manusia di manapun tempatnya pasti mendambakan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan yang optimal. Kondisi masyarakat secara obyektif merupakan hasiltali temali antara lingkungan alam, lingkungan sosial serta karakteristik individu.. Perjalanan panjang dalam rentangan periode kesejarahan telah mengajak masyarakat manusia menelusuri hakikatkehidupan dan tata cara kehidupan yang berkembang pesat hidup. Ruang gerak perubahan itupun juga berlapis-lapis, dimulai dari kelompok terkecil seperti keluarga sampai pada kejadian yang paling lengkap mencakup tarikan kekuatan kelembagaan dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah suatu proses yang luas,lengkap yang mencakup suatu tatanan kehidupan manusia. Perubahan sosial akan mempengaruhi segala aktivitas maupun orientasi pendidikan yang berlangsung. Sebagai bagian dari pranata sosial, tentunya pendidikan akan ikut terjaring dalam hukum-hukum perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Sebaliknya, pendidikansebagai wadah pengembangan kualitas manusia dan segala pengetahuan tentunya menjadiagen penting yang ikut menentukan perubahan sosial masyarakat ke depan.



[1] Data statistic Indonesia
[2] Karim Suryadi
[3] jarjani Usman, Serambi Indonesia 18/12/12
[4] Arifin, 2012
[5] Soerjono Soekanto
[6] Soerjono Soekanto, 1982: 333